Selasa, 30 Maret 2010

Nasehat tentang Shalat di dalam Alquran

Allah Ta'ala berfirman mengenai tujuan hidup manusia:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (Ad Dzariyat [51]: 56)

Salah satu Ibadah yang akan pertama kali dihisab (dihitung amalnya di akhirat) adalah Shalat. Oleh karena itu cinta-islam akan sedikit mengupas masalah ini.

Definisi

Shalat (الصلاة) berasal dari akar kata shalla (صلو) yang didalam Alquran disebut sebanyak 98 kali di 90 ayat yang berbeda. Arti dari kata tersebut adalah Shalat (kebanyakan dari ayat Alquran), Shalawat (Al Ahzab [33]:57), rahmat (Al Ahzab [33]:44), Tempat ibadah orang Yahudi (Al Hajj [22]:41), Doa (At Taubah [9]: 99, 103), keberkatan (Al Baqarah [2]: 158).

Nasehat

Beberapa nasehat Alquran tersebut antara lain:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ﴿الكوثر: ٢﴾

"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah."

Penjelasan:

Salah satu dampak dari Shalat dalam kehidupan adalah, kita bisa berkorban, baik untuk agama, karib-kerabat maupun kepada anak yatim dan faqir miskin.

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ [١٠٧:٤] الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ [١٠٧:٥] الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ [١٠٧:٦] وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ [١٠٧:٧]

"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna (harta benda)." (Al Ma'un 4-7)

Penjelasan:

Jika Shalat dilakukan hanya untuk formalitas saja, atau untuk riya (pamer) maka Allah Ta'ala tidak menganggap shalat kita. Maka rugilah kita. Selain itu, walaupun sudah rajin shalat, tapi dampak dari shalat itu tidak terlihat, misalnya belum menolong orang lain (tetangga miskin, anak yatim dan orang-orang yang memerlukan) dengan harta kita, maka shalat kita pun masih dianggap belum sempurna.

وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ [٩٨:٤] وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ ﴿البينة: ٥﴾

"Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."

Penjelasan:

Inti dari agama adalah untuk menyembah kepada Allah Ta'ala (salah satunya shalat). Jika kita masih mempermasalahkan hal-hal kecil dan remeh, kemudian kita berpecah-belah, mencaci-maki, mengkafirkan sesama muslim, maka dalam ayat ini Allah Ta'ala telah memaparkan bagaimana kaum Ahli Kitab terpecah belah karena hal-hal remeh. Oleh karena itu, fokuslah untuk beribadah. Dan jangan berpecah-belah!

أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَىٰ [٩٦:٩] عَبْدًا إِذَا صَلَّىٰ [٩٦:١٠] أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ عَلَى الْهُدَىٰ [٩٦:١١] أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَىٰ [٩٦:١٢] أَرَأَيْتَ إِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ [٩٦:١٣] أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَىٰ [٩٦:١٤] كَلَّا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ [٩٦:١٥] نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ [٩٦:١٦] فَلْيَدْعُ نَادِيَهُ [٩٦:١٧] سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ [٩٦:١٨] كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ [٩٦:١٩]

"Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika mengerjakan shalat, bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah, sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)."

Penjelasan:

Dewasa ini di media massa, ada sekelompok orang yang menyegel masjid, dan menyuruh orang untuk tidak shalat di masjid tersebut. Ini merupakan satu keaniayaan yang besar seperti Firman-Nya:

"Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalanghalangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat." (Al Baqarah [2]: 114)

Bagaimana Jika Jamaah yang dilarang shalat itu mempunyai tujuan untuk meningkatkan taqwa kepada Allah? dan orang-orang yang ingin menghancurkan masjid tersebut bahkan kurang menjaga shalat mereka? Jika demikian, maka Allah Ta'ala --jika Dia menghendaki-- Dia akan menarik ubun-ubun orang2 itu dan Dia mengancam agar mereka memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Dia akan memanggil malaikat Zabaniyah untuk membinasakan mereka. Maka hati-hatilah!

Di akhir surat ini Dia berfirman agar kita fokus untuk mendekatkan diri kepada-Nya saja, dan salah satunya adalah dengan mendirikan shalat itu sendiri.

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّىٰ [٨٧:١٤] وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ ﴿الأعلى: ١٥﴾ وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ [٨٧:١٥] بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا [٨٧:١٦] وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ [٨٧:١٧]

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia shalat. Tetapi kalian (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. "

Penjelasan:

Salah satu cara untuk mensucikan diri adalah (1) Zikir, setiap saat selalu mengingat-Nya dan dengan (2) shalat.

Ingatlah! Jika kita memilih duniawi, maka sesungguhnya semua itu tidak kekal, tidak akan dibawa mati. Sedangkan jika kita selalu mengingat-Nya dan selalu mendirikan shalat, maka itulah 'investasi' terbaik untuk masa depan kita yang lebih kekal. Maka pikirkanlah wahai orang-orang yang mempunyai akal. [*]

Readmore »

8 Pengertian Cinta dalam Al-Quran

Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu
mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai'an
katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya
(man ahabba syai'an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta
sejati ada tiga : (1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai
dibanding dengan yang lain, (2) lebih suka berkumpul dengan yang
dicintai dibanding dengan yang lain, dan (3) lebih suka mengikuti
kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi
orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka
berbicara dengan Alloh Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka
bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti
perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.

Dalam Qur'an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:

1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan
"nggemesi". Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu
berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia
ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut,
siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis
rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding
terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang
kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi
kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya.
Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian
darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari
itu maka dalam al Qur'an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham ,
yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri,
yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata
rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana
psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim.
Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah
dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya
menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta
mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia
akhirat.

3. Cinta mail adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara,
sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung
kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur'an disebut
dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada
yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang
lama.

4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil
dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad
syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir
tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur'an menggunakan term syaghaf
ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir
kepada bujangnya, Yusuf.

5. Cinta ra'fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan
norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak
tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur'an
menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah
menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus
hukuman bagi pezina (Q/24:2).

6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku
penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur'an menyebut term ni ketika
mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan
Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja),
sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan
bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al
jahilin (Q/12:33)

7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur'an tetapi dari
hadis yang menafsirkan al Qur'an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5
dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan
tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma'tsur
dari hadis riwayat Ahmad; wa as'aluka ladzzata an nadzori ila wajhika
wa as syauqa ila liqa'ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya
memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu.
Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa
Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada
sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang
apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il
tihab naruha fi qalb al muhibbi

8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik
kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang
menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada
pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur'an ketika menyatakan bahwa
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la
yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)
Readmore »